Februari, tahun ketiga

Ketika Kukira Aku Istimewa

Kukira hanya untukku dirimu. Ternyata kau terbagi ke segala penjuru. Masih kurangkah telinga ini mendengar keluh kesahmu? Belum cukupkah waktuku untuk membalas segala aduanmu? Jika aku yang kau rasa menenangkanmu, lantas mengapa ia yang menenangkanmu? Siapa gerangan dia? Dari mana datangnya? Mengapa aku tak melihatnya datang? Tampaknya, terlalu rapi kau sembunyikan musuhku didalam selimutmu.

Jadi selama ini, saat aku berharap, mungkin saja kau dan dirinya sedang bermalam mimgguan. Saat aku terbuai, mungkin saja kalian sedang bergandengan tangan. Saat aku hendak membantu masalahmu, sudah ada dirinya yang menjadi kesatriamu. BRAVO. luar biasa

"Selamat", kataku.

Padahal bara membakar hati. Sembari hangus, aku terus mengutuk diri sendiri. Wahai kau yang berjubah api, puaskah kau menjadikanku arang? Namun, ini bukan salahmu. Memang aku saja yang terlalu mengharapkan mu untukku. "Selamat", ulangku dengan penuh kemunafikan. Padahal diam diam ku doakan ia mati saja.

Kau tersenyum, berbinar ketika bersamanya. Pura pura tak mengerti apa yang kupendam. Dan aku yang bodoh terus terkunci di penjara mu.

Ya.. aku mengalah. Aku mengalah karena aku percaya, kalau kau memang untukku, sejauh apapun kakimu membawamu lari, jalan yang kau tempuh hanya akan membawamu kembali padaku 



Komentar

Postingan populer dari blog ini

CERITA CERITA LUCU MENGOCOK PERUT

Im OKAY

Kamu Butuh Motivasi? Putar Beberapa Lagu Berikut Ini!!